Saturday, May 16, 2009

Karya-karya al-Jabiri

Madkhal Ila al-Qur'an al-Karim
al-Juz al-Awwal
Fi at-Ta'rif bi al-Qur'an

Masihkah al-Qur'an perlu diperkenalkan, didefinisikan? Satu pertanyaan yang al-Jabiri sendiri lempar di awal buku ini. Namun al-Jabiri menjelaskan proyek intelektualnya ini sebagai upaya membaca al-Qur'an secara historis. Merunut al-Qur'an sesuai urutan waktu turunnya.

Tapi ini bukan tafsir yang menempatkan ayat (sesuai urutan turun) lalu dijelaskan. Namun ini adalah upaya menuntun nalar untuk membaca al-Qur'an --sebagaimana di juz I dari proyek ini-- dimulai dari membaca lingkungan al-Qur'an (waktu dan tempat) ketika turun (bagian I); bagaimana al-Qur'an terbentuk (bagaian II); dan bagaimana membaca kisah-kisah dalam al-Qur'an (bagian III).

Tentang lingkungan al-Qur'an, al-Jabiri banyak berbicara tentang agama-agama yang hidup di jazirah Arab dan sekitarnya sebelum dan pada masa al-Qur'an diturunkan. Yahudi dan Nasrani. Al-Jabiri hendak membuktikan kesatuan asal agama-agama samawi, hubungan Nabi Muhammad dengan para penguasa ketika itu, peristiwa turunnya wahyu dan hakikat kenabian. Bagi alam kesadaran baik ahli kitab maupun penduduk kabilah-kabilah arab, kenabian bukan sesuatu yang asing.

Yang menonjol dari pembahasan Bagian I ini adalah penegasan al-Jabiri bahwa makna "ummi" yang disematkan kepada Nabi bukanlah "tidak bisa membaca dan menulis", namun menunjuk makna mereka yang bukan ahli kitab. Sebab ketika didatangi Jibril pertama kali dan disuruh membaca, nabi balik bertanya: "ma aqra'?", apa yang mesti saya baca?. (hal 71-72). Riwayat, konteks dan nalar mendukung makna ini.

Tentang bagaimana al-Qur'an berproses menjadi (masaar al kaun wa at-takwiin), al-Jabiri membaginya menjadi tiga momentum: momentum tartil dan i'jaz, momentum al-Qur'an sebagai peringatan dan kisah-kisah (keduanya dibahasnya di juz I ini) dan momentum al-Qur'an sebagai kitab: akidah-syariah-akhlaq (akan dibahas nanti di juz II).

Saya menjadi tahu rahasia yang paling kuat dari keabadian al-Qur'an --sebagaimana ditegaskan al-Jabiri di bagian II dari pembasan buku ini-- bahwa al-Qur'an adalah mukjizat nabi yang intrinsik bukan berasal dari luar jenis dakwahnya (ekstrinsik) sebagaimana mukjizat para nabi-nabi terdahulu. Kalau seorang dokter mengaku dokter dengan bukti dia bisa membuat mobil misalnya, maka bukti ini berasal dari luar, namun kalau buktinya adalah dia memang bisa mengobati, maka bukti ini lebih rasional dan berasal dari dalam. Dalam alur nalar macam inilah, al-Qur'an hadir sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW, nabi dan rasul pamungkas. Al-Jabiri membuktikan bahwa al-Qur'an lah satu-satunya mukjizat Nabi SAW (hal 161-169).

Tentang al-Qur'an sebagai peringatan dan kisah-kisah, intinya adalah bahwa yang dituju oleh kisah-kisah dalam al-Qur'an bukan terutama pada fakta yang dimuatnya tetapi pada pesan abadi dari pelajaran-pelajaran yang ditinggalkannya. Pelajaran (peringatan) yang melampaui ruang dan waktu; tetap bisa menjadi rujukan moral, sejarah dan pembangunan bagi siapapun sampai ujung waktu.

Di ujung buku ini, al-Jabiri menyebut kekhasan hubungan Nabi dengan al-Qur'an, yaitu apa yang disebutnya dengan "al-alaqah al-hamimiyah"; satu hubungan sangat intim yang bukan hanya diperlihara secara harian, tetapi bahkan setiap saat. Hubungan mereka sangat akrab, hangat dan intim. Al-Jabiri juga menegaskan bahwa Islam lah satu-satuya yang bersih dari misteri (asraar/mystere), agama yang bisa diakses oleh siapapun secara rasional, tidak dengan perantara para elit agama, sebagaimana pada agama-agama lain. (hal 396-401).

Sebaiknya anda membaca langsung buku ini agar bisa menikmati sensasinya...

Data Buku:
Judul: Madkhal ila al-Qur'an al-Karim, fi at-Ta'rif bi al-Qur'an
Juz: I
Penulis: Mohamed Abed al-Jabiri
Penerbit: Dar an-Nasyr al-Magribiyah (edisi Maroko)
Cet: I, Sept 2006

No comments: